Sabtu, 27 April 2013

MAPPING JOURNAL


THEORITICAL MAPPING JOURNAL
 Siti Fatimah-A2C212021 (mahasiswa Pasca_BioUnlamBjm)
No.
PENULIS,
TAHUN,
JUDUL,
SUMBER
TUJUAN PENULISAN ILMIAH
KONSEP-KONSEP ATAU TEORI PENTING
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN ATAU HASIL UTAMA
1.
Paidi, 2009,
Mengakomodasi Bioetika dalam Kurikulum Biologi dan Pendidikan Biologi Program Sarjana,
(http://staff.uny.ac.id/dosen/dr-paidi-msi)
-   Mengkaji secara kritis atas sebuah artikel berjudul Ethical, Legal, and Social Issues in the Undergraduate Biology Curriculum, dengan author: Thomas J. Lindell & Gavin J. Milczarek (University of Arizona).
-   Memberikan dasar rasional dan empiris bagi perlunya bioetika diakomodasi dalam kurikulum biologi dan pendidikan biologi.
-   Pentingnya suatu riset yang terkait dengan bioteknologi agar memperhatikan dan menanggapi reaksi-reaksi serta kekhawatiran masyarakat luas, terutama dalam memahami masalah yang sebenarnya tentang Ethical, Legal, and Social Issues (ELSI).
-   Perlunya suatu tindakan untuk mengakomodasi ELSI di perguruan tinggi dalam silabus mata kuliah tertentu, seperti Biologi Kontemporer pada Manusia, dalam bentuk active learning.
Deskriptif dengan mengkaji sebuah artikel berjudul Ethical, Legal, and Social Issues in the Undergraduate Biology Curriculum dan contoh kasus pengakomodasian ELSI di Perguruan Tinggi Universitas Arizona.
-   Kesadaran sepenuhnya akan adanya pengaruh yang kuat dari kemajuan riset di bidang IPTEK, khususnya dalam ilmu biologi dan bioteknologi, terhadap masyarakat. Author membenarkan prakarsa HGP dalam mengidentifikasi dan menanggapi ELSI yangberkembang sejalan dengan program HGP itu sendiri. Author juga terlihat memahami posisi, reaksi, dan jalan pikiran masyarakat luas. Dari data-data authentic yang author kumpulkan dan sunting, misalnya hasil polling yang dilakukan oleh March of Dimes (1992), Survei yang dilakukan NORC (1990), dan lain-lain, serta hasil audiensi pribadinyadengan beberapa kalangan masyarakat.
-   Sisi kurikulum program biologi untuk program sarjana, dipandang sebagai salah satu solusi ini. Perkuliahan biologi pada program sarjana dipandang mempunyai peluang untuk membahas pengaruh biologi dan bioteknologi bagi masyarakat. Dengan mencermati dan membahas ELSI dalam perkuliahan biologi, mahasiswa akan mempunyai wawasan yang luas dan mengenal tentang berbagai dilema (isu) etis, sosial, dan legal yang muncul dari penelitian biologi terkini, di samping melihat posisi biologi/bioteknologi dalam memberikan kontribusi kepada kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Kelemahan / Kekurangan Isi Jurnal :
Tahun 2009, pada dasarnya penerapan mata kuliah bioetika dalam kurikulum biologi merupakan sebuah informasi baru, sehingga hal itu layak diangkat terutama untuk program sarjana di Indonesia. Namun berbanding terbalik dengan kondisi sekarang, yakni bioetika telah dimasukkan dalam salah satu kurikulum pendidikan biologi diberbagai perguruan tinggi.
Penelitian yang dapat dikembangkan / dilanjutkan dari Isi Jurnal tersebut :
Apakah dimungkinkan apabila bioetika juga akan dapat dimasukkan ke dalam salah satu kurikulum untuk siswa Sekolah Menengah Umum (SMU), meskipun dalam pokok bahasannya tidak terlalu mendalam.  Ini dimaksudkan agar siswa mengenal lebih dini tentang bioetika, sebelum mendalaminya di perguruan tinggi. Oleh karena betapa pentingnya pengetahuan tentang bioetika yang bukan saja milik segolongan tertentu, tetapi masyarakat umum pun mungkin perlu untuk mengetahuinya.
2.
George Bugliarello, 2008, Reflections on MoralitYI Ethics, and Bioethics Decisions (http://ethics.iit.edu/EEL/Bugliarello2.pdf)

(Refleksi Etika Moralitas, dan Keputusan Bioetika)
-   Mengenal dan mengetahui kompleksitas yang melekat dalam mencapai dan melaksanakan keputusan etis yang dapat dibuat lebih sesuai dengan perkembangan metodologi, sehingga membantu untuk belajar bagaimana berpikir tentang masalah yang sulit.
-   Memahami tentang interaksi antara faktor-faktor moral dan penilaian rasional resiko harus berdasarkan pada keputusan etis tersebut.
-   Moralitas memanifestasikan dirinya dalam ranah tindakan melalui aturan etika tertentu yang, bersama-sama dengan undang-undang, dengan maksud untuk membimbing tindakan manusia. Ada terdapat konflik antara hukum dan moralitas ketika hukum dianggap tidak bermoral dan melanggar moralitas (etika) dari kelompok. Dengan keterbatasan dan peringatan, hukum dan etika menentukan tindakan diijinkan atau diinginkan. Pada gilirannya, hasil dari tindakan yang mungkin membentuk etika dan hukum. Pembentukan adalah timbul sebagai hasil dari peristiwa aktual atau antisipasi peristiwa yang mungkin terjadi.
-   Tiga komponen dari sebuah penilaian skenario resiko, probabilitas, dan konsekuensi perlu diintegrasikan menggunakan penilaian dalam rangka untuk memungkinkan penentuan keseluruhan risiko yang terlibat dalam produk atau prosedur dan karenanya tanggung jawab moral terkait dengan kursus dipilihnya suatu tindakan. Tidak jelas, misalnya, apa negara dalam pengembangan perangkat atau prosedur penilaian semacam pertama mungkin telah dibuat dan mempengaruhi keputusan etika, atau bagaimana berbeda seperti keputusan bisa dalam kasus lain dan budaya. Dalam beberapa kasus, apa yang mungkin berguna dalam menilai bias dan menentukan lingkup tindakan moral adalah perbedaan mendasar antara tiga jenis kebenaran: faktual (berdasarkan data dan hipotesis ilmiah), formal (berdasarkan teori logis atau matematika dan hasil yang mungkin menyebabkan mereka, tanpa konfirmasi eksperimental), dan pada apa yang disebut kebenaran artistik (yang mungkin memainkan peran pertama dalam proses kebetulan atau keberuntungan).
Deskriftif dengan mengkaji berbagai daftar pustaka yang berhubungan dengan rtika moralitas, dan keputusan bioetika.
-   Perkembangan sistematis kemampuan untuk secara rasional menilai pertimbangan risiko yang mendasari keputusan etis pada akhirnya dapat menyebabkan keputusan yang lebih baik. Hal ini juga dapat menyebabkan pemahaman yang lebih baik tentang dasar-dasar evolusi dan lintas moralitas, dari masa tanpa definisi moral (zaman dulu) banyak menimbulkan kompleksitas etika, aturan, dan keyakinan.
-   Rasionalitas bukan saja merupakan bagian dari keputusan etis, tetapi melipoti faktor-faktor lain, seperti emosi, naluri, tradisi yang khusus dalam sebuah situasi, kelompok sosial, atau subkelompok, atau profesi, dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap keputusan etika. Dengan demikian, tantangan penting untuk bioetika adalah penentuan batas antara rasionalitas dan faktor-faktor lainnya.
Kelemahan / Kekurangan Isi Jurnal :
Tidak jarang penilaian secara deskriptif mengenai rasionalisi (baik atau buruk) akan bias dalam menghasilkan sebuah keputusan etis, meskipun ia meliputi dari tiga komponen dasar, seperti skenario/prosedur, probabilitas, dan konsekuensi. Namun belum mempertimbangkan beberapa faktor lain yang terkait untuk menentukan hasil dari sebuah keputusan bioetika seperti emosi, naluri, tradisi yang khusus dalam sebuah situasi, kelompok sosial, atau subkelompok, atau profesi.
Penelitian yang dapat dikembangkan / dilanjutkan dari Isi Jurnal tersebut :
Perlu sebuah sebuah kajian yang lebih empiris mengenai sejauh mana tindakan penentuan rasionalitas dapat dilakukan  dengan beberapa faktor tersebut (di atas), sehingga dapat menghasilkan keputusan bioetika yang lebih menggambarkan refleksi moral sesuai dengan bidang tertentu.
3.
Antonio Casado da Rocha dan Armando Menéndez Viso, 2008,
Fact and value in bioethics: How to get rid of the dichotomy,

(Fakta dan nilai dalam bioetika: Bagaimana menyingkirkan dikotomi)
Menganalisis makna, pembenaran dan peran tata nilai dalam bioetika, terutama dalam kaitannya dengan prinsip berbasis akun dalam menyikapi dikotomi mengenai fakta/nilai dalam dunia medis dan non-medis, baik yang lama maupun yang terbaru tidak dipisahkan dalam bioetika.
-   Tata nilai dalam prinsip-prinsip indeksasi Beauchamp dan Childress, meliputi: (1) Nilai peristiwa, sikap, tindakan, dan sebagainya; (2) Nilai dari seseorang atau kehidupan manusia; (3) Pribadi, kelompok, dan nilai-nilai kemasyarakatan; dan (4) Nilai tertanam dalam keputusan, ketetapan, dan penelitian.
-   Perlunya pengenalan kembali tentang metodologi bioetika. Secara umum, Nilai konotasi pluralisme dan perbedaan cara yang tidak prinsip dan konstelasi nilai tampaknya untuk memberikan gambaran yang lebih baik tentang kehidupan moral kontemporer dari satu unit prinsip-prinsip kongruen. Secara khusus, Etika kesehatan masyarakat Spanyol menjadi lebih plural (seperti dalam film “The Sea Inside ") yang menggambarkan isu-isu kontemporer bioetika.
-   Mengenal dan mengetahui fakta penting yang terjadi dalam ilmu kedokteran untuk menolak anggapan bahwa terjadi dikotomi metodologi bioetika.
-   Deskriptif dengan menganalisa berbagai sumber pustaka, terutama melalui tata nilai (prinsip-prinsip indeksasi Beauchamp dan Childress) yang disusun oleh Beauchamp dan Childress dalam buku klasik mereka.
-   Analisis menyikapi dikotomi tata nilai pada kasus film “The Sea Inside " sebuah kisah nyata Ramón Sampedro, mantan seorang pelaut yang menderita patah leher dan menjalani kehidupan selama 25 tahun sebagai tunadaksa yang ditolak klaimnya untuk legalisasi bunuh oleh pengadilan.
-   Pemisahan tentang perbedaan fakta/nilai dalam bioetika (biomedis) tidak hanya dipandang berdasarkan pendekatan akun naturalis, sehingga hal itu akan memunculkan paradigma dikotomi. Sejauh dikotomi tersebut hanya berupa teori, maka hal itu dapat dipertahankan, namun tidak dalam praktek klinis.
-   Dengan memisahkan dua makna utama, namun jelas berbeda dari kata "value", bahwa dikotomi ini ditafsirkan pada prevalensi apa yang disebut penggunaan entitative atau berdiri bebas. Hal ini akan menimbulkan masalah ketaksebandingan dan hirarki, menciptakan kesenjangan antara pekerjaan administratif dan klinis, menghalangi beberapa metodologi dalam konteks klinis, dan mendorong suatu pertentangan antara yang baru dan nilai-nilai medis yang lama. Kesulitan-kesulitan ini dapat dihindari atau diminimalisasi dengan mengganti makna entitative dengan posesif dalam penggunaan nilai, yakni penerimaan secara luas menjadi normatif.
Kelemahan / Kekurangan Isi Jurnal :
Jurnal ini tidak menyertakan data empiris (angka-angka), sehingga wacana biomedis sebagai nilai normatif masih kabur. Meskipun dari beberapa kepustakaan telah digeneralisasi, bahwa seharusnya para medis dapat bertindak sebagai fungsi administratif (kerja terjadwal) dan fungsi medis (memberikan pelayanan lain di luar disiplin administratif).
Penelitian yang dapat dikembangkan / dilanjutkan dari Isi Jurnal tersebut :
Sebuah penelitian yang bersifat kuantitatif dengan memasukkan dokumen data tertentu mungkin perlu dilakukan dalam hal kepuasan pelayanan pengobatan pasien antara fungsi admiistratif dengan medis. Dimana mereka bukan hanya berhak untuk diobati, tetapi juga membutuhkan pelayanan lain yang memadai (bukan bersifat administratif). Proses ini menggambarkan biomedis didasarkan pada normatif, tidak sekedar formalitas.

Problematika Pembelajaran