Rabu, 12 Juni 2013

Maskot Fauna


Maskot Fauna yang Hampir Tak Bernyawa

by Siti Fatimah

Dari  berbagai  daerah  di  provinsi  Kalimantan
Selatan  terdapat  sebuah  pulau  unik  yang
bernama  Pulau  Kaget.  Keunikan  tersebut
disebabkan  oleh  berkembangnya  habitat
satwa  pemalu  yang  menjadi  maskot  fauna
Kalimantan  Selatan,  yakni  kera  hidung
panjang  atau  yang  dikenal  dengan  nama
bekantan  (Nasalis  larvatus).  Adanya  satwa
bekantan   sebagai  salah  satu  jenis  binatang
liar  yang  telah  dilindungi  undang-undang
hidup dikawasan ini,  maka  Pulau Kaget ditetapkan sebagai  Cagar  Alam berdasarkan SK.
Menteri  Pertanian  No.  701/Kpts/Um/11/1976  dengan  luas  85  ha  (Dephut,2001).  Namun,
berdasarkan hasil pengukuran Balai Planologi Hutan tahun 1981, luas Cagar Alam tersebut
hanya sekitar 62 ha.
Pulau  Kaget  dan  bekantan  dijadikan  obyek  wisata  andalan  Kalimantan  Selatan  (Kalsel).
Para wisatawan yang datang ke pulau tersebut tidak hanya berasal dari Kalimantan Selatan
tetapi juga dari luar daerah, bahkan ada  yang berasal dari luar negeri  (wisatawan asing).
Pengunjung  yang  datang  bisa  menjelajah  kawasan  ini  dengan  leluasa  untuk  melihat
keunikan satwa berhidung panjang.
Namun,  keadaan  ini  hampir  tidak  bisa  dinikmati  lagi  oleh  para  wisatawan  karena  akhirakhir  ini  kondisi  alam  Pulau  Kaget  cukup  kritis  karena  mengalami  peranggasan.
Peranggasan    pohon  rambai  (Sonneratia  caseolaris)  ditandai  dengan  peluruhan
(pengguguran)  hebat  daun  rambai.  Daun  rambai  merupakan  sumber  makanan  bagi
bekantan.  Akibatnya  populasi  bekantan  semakin  menurun  sehingga  status  konservasi
bekantan  dimasukkan  dalam  kategori  "terancam  kepunahan"  (Endangered)  setelah
sebelumnya  masuk  kategori  "rentan"  (Vulnerable;  VU).  Bekantan  juga  terdaftar  pada
CITES  (Convention  on  International  Trade  in  Endangered  Species  of  Wild  Fauna  and
Flora) sebagai Apendiks I  atau tidak boleh diperdagangkan secara internasional  (CITES,
2012).
Dari kenyataan di atas, maka diperoleh untaian benang merah bahwa penurunan populasi
bekantan  di Pulau Kaget  disebabkan  ketersediaan sumber makanan  yang  sangat terbatas.
Keterbatasan  tersebut  digeneralisasi  dalam  beberapa  pendapat  yang  mungkin  terjadi,
seperti  kelebihan populasi bekantan sedangkan potensi makanan relatif tetap,  penebangan
pohon rambai  untuk dijadikan kayu bakar,  kematian  pohon  rambai akibat  kekurangan air
pada  musim kemarau yang situasional  dan sebuah peristiwa jangka panjang yang hampir
luput dari pengamatan, yakni pencemaran air.
Tiga  pendapat  pertama, yaitu  kelebihan populasi bekantan,  penebangan  pohon rambai  dan
kekeringan  tidak  terbukti  jika  kita  telaah  sebuah  karya  apik  “Merindukan  Alam  Asri
Lestari”  oleh  Mochammad  Arief  Soendjoto  terbitan  Universitas  Lambung  Mangkurat
Press.  Pendapat  Soendjoto  (Dinamika  Berita:1996)  pencemaran  air  dan  limbah  padat
adalah faktor utama penyebab kekeringan dan kematian pohon rambai.
Letak Pulau Kaget di Muara Sungai Barito ternyata benar-benar strategis. Strategis  untuk
pembinasaan  secara  perlahan  namun  pasti.  Mengapa  demikian?  Muara  sungai  artinya
2
tempat dimana air dari seluruh cabang sungai melakukan reuni. Saat jatuh dari langit yang
tinggi, mereka hanya sendiri. Namun dalam perjalanannya, mereka membawa  serta residuresidu  yang  tidak  seharusnya  meraka  bawa.  Mereka,  air  sungai,  membawa  limbah  yang
berasal  dari  industri  yang  mangkal  di  tepian  sungai  dan  dari  wilayah  kota.  Limbah  juga
bisa  berasal  dari  arah  laut,  yaitu  dari  kapal-kapal  yang  sedang  dalam  masa  penantian  di
Muara Barito.  Limbah itu bisa berupa limbah cair, seperti oli, zat pewarna, limbah pabrik
maupun berupa  limbah padat yang hampir mencapai level abadi seperti plastik, kaca, besi,
baterai dengan zat kimianya dan logam lainnya.
Keberadaannya di Muara Barito membuat  Pulau Kaget dikepung oleh armada limbah yang
tangguh. Penumpukan limbah terjadi di sekitar pulau bahkan mungkin ada  yang  berhasil
menerobos pertahanan dan menjadi penghuni ilegal di wilayah Pulau Kaget. Limbah dalam
kategori  inilah yang  meracuni tanaman rambai. Rambai  yang sudah menyerap racun tidak
punya pilihan lain selain kematian.  Keturunannya  pun tidak memiliki harapan hidup jika
bersikeras  tumbuh  di  sana.  Kematian  pohon  rambai  dalam  habitat  bekantan  tentu  saja
mengancam  kelangsungan  hidup  bekantan.  Jadi,  sudah  bisa  ditebak  siapa  pelaku
pembunuhan kawanan rambai ini.
Apabila kondisi ini berlaku secara permanen, maka mau tidak mau atau suka tidak suka
tindakan  evakuasi  bekantan  perlu  dilakukan.  Evakuasi  merupakan  perpindahan  pada
potongan  kecil  dari  seluruh  populasi  ke  suatu  kawasan  yang  sesuai  dengan  habitat  asli.
Setidak-tidaknya  terdapat  dua  daerah  pendukung  untuk  antisipasi,  dimana  satu  daerah
bertindak  sebagai  pengaman.  Evakuasi  besar-besaran  malah  akan  mengakibatkan
bumerang,  karena  dikhawatirkan  akan  menimbulkan  masalah  baru  yang  lebih  kompleks.
Ketidaksesuaian  habitat  bekantan  pada  daerah  baru  akan  menyebabkan  musnahnya
keseluruhan populasi bekantan yang dievakuasi.
Penyelamatan  Pulau  Kaget  dan  bekantan  sebagai  obyek  wisata  sampai  sekarang  masih
belum maksimal karena terkendala berbagai hal, maka perlu  dilakukan rekonstruksi wisata
berobyek  bekantan  di  daerah  lain  agar  dapat  mengatasi  kemerosotan  kepariwisataan
Kalsel.    Menurut  Soendjoto  (B.Post:2003)  ada  dua  tipe  habitat  yang  unik  yaitu  kawasan
berbukit kapur (di Tabalong) dan hutan karet (di wilayah hulu sungai, Tabalong) kaya akan
habitat  bekantan.  Namun,  rekonstruksi  itu  harus  memerhitungkan  ancaman  kelestarian
habitat bekantan.
Mengingat  betapa  pentingnya  pelestarian  bekantan  sebagai  maskot  fauna  Kalimantan
Selatan,  maka  tindakan  yang  cepat  dan  lugas  bagi  kelestarian  satwa  pemalu  berhidung
panjang ini  perlu menjadi perhatian yang serius. Apakah maskot fauna Kalimantan Selatan
akan  dibiarkan tanpa memilki nyawa?  Dan hanya sebuah atribut megah tanpa keberadaan
fauna hidup itu sendiri atau melakukan rotasi ke jenis fauna lain. Satu jawaban yang pasti
adalah “tidak”.
3
PUSTAKA ACUAN
CITES, 25 Desember 2012. Appendices I, II and III
(http://www.cites.org/eng/app/appendices.php).
Dephut.go.id. 2001.Penyelamatan Bekantan (Nasalis larvatus) di Kawasan Cagar Alam
Pulau Kaget Propinsi Kalimantan Selatan
(http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/KALSEL/bekantan_kaget.html
).
Mochammad Arief Soendjoto. Merindukan Alam Asri Lestari. Universitas Lambung
Mangkurat Press.
Wikipedia.org, 23 Februari 2013. Kalimantan Selatan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar