Maskot Fauna yang Hampir Tak Bernyawa
by Siti Fatimah
Dari berbagai daerah di provinsi KalimantanSelatan terdapat sebuah pulau unik yang
bernama Pulau Kaget. Keunikan tersebut
disebabkan oleh berkembangnya habitat
satwa pemalu yang menjadi maskot fauna
Kalimantan Selatan, yakni kera hidung
panjang atau yang dikenal dengan nama
bekantan (Nasalis larvatus). Adanya satwa
bekantan sebagai salah satu jenis binatang
liar yang telah dilindungi undang-undang
hidup dikawasan ini, maka Pulau Kaget ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No. 701/Kpts/Um/11/1976 dengan luas 85 ha (Dephut,2001). Namun,
berdasarkan hasil pengukuran Balai Planologi Hutan tahun 1981, luas Cagar Alam tersebut
hanya sekitar 62 ha.
Pulau Kaget dan bekantan dijadikan obyek wisata andalan Kalimantan Selatan (Kalsel).
Para wisatawan yang datang ke pulau tersebut tidak hanya berasal dari Kalimantan Selatan
tetapi juga dari luar daerah, bahkan ada yang berasal dari luar negeri (wisatawan asing).
Pengunjung yang datang bisa menjelajah kawasan ini dengan leluasa untuk melihat
keunikan satwa berhidung panjang.
Namun, keadaan ini hampir tidak bisa dinikmati lagi oleh para wisatawan karena akhirakhir ini kondisi alam Pulau Kaget cukup kritis karena mengalami peranggasan.
Peranggasan pohon rambai (Sonneratia caseolaris) ditandai dengan peluruhan
(pengguguran) hebat daun rambai. Daun rambai merupakan sumber makanan bagi
bekantan. Akibatnya populasi bekantan semakin menurun sehingga status konservasi
bekantan dimasukkan dalam kategori "terancam kepunahan" (Endangered) setelah
sebelumnya masuk kategori "rentan" (Vulnerable; VU). Bekantan juga terdaftar pada
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora) sebagai Apendiks I atau tidak boleh diperdagangkan secara internasional (CITES,
2012).
Dari kenyataan di atas, maka diperoleh untaian benang merah bahwa penurunan populasi
bekantan di Pulau Kaget disebabkan ketersediaan sumber makanan yang sangat terbatas.
Keterbatasan tersebut digeneralisasi dalam beberapa pendapat yang mungkin terjadi,
seperti kelebihan populasi bekantan sedangkan potensi makanan relatif tetap, penebangan
pohon rambai untuk dijadikan kayu bakar, kematian pohon rambai akibat kekurangan air
pada musim kemarau yang situasional dan sebuah peristiwa jangka panjang yang hampir
luput dari pengamatan, yakni pencemaran air.
Tiga pendapat pertama, yaitu kelebihan populasi bekantan, penebangan pohon rambai dan
kekeringan tidak terbukti jika kita telaah sebuah karya apik “Merindukan Alam Asri
Lestari” oleh Mochammad Arief Soendjoto terbitan Universitas Lambung Mangkurat
Press. Pendapat Soendjoto (Dinamika Berita:1996) pencemaran air dan limbah padat
adalah faktor utama penyebab kekeringan dan kematian pohon rambai.
Letak Pulau Kaget di Muara Sungai Barito ternyata benar-benar strategis. Strategis untuk
pembinasaan secara perlahan namun pasti. Mengapa demikian? Muara sungai artinya
2
tempat dimana air dari seluruh cabang sungai melakukan reuni. Saat jatuh dari langit yang
tinggi, mereka hanya sendiri. Namun dalam perjalanannya, mereka membawa serta residuresidu yang tidak seharusnya meraka bawa. Mereka, air sungai, membawa limbah yang
berasal dari industri yang mangkal di tepian sungai dan dari wilayah kota. Limbah juga
bisa berasal dari arah laut, yaitu dari kapal-kapal yang sedang dalam masa penantian di
Muara Barito. Limbah itu bisa berupa limbah cair, seperti oli, zat pewarna, limbah pabrik
maupun berupa limbah padat yang hampir mencapai level abadi seperti plastik, kaca, besi,
baterai dengan zat kimianya dan logam lainnya.
Keberadaannya di Muara Barito membuat Pulau Kaget dikepung oleh armada limbah yang
tangguh. Penumpukan limbah terjadi di sekitar pulau bahkan mungkin ada yang berhasil
menerobos pertahanan dan menjadi penghuni ilegal di wilayah Pulau Kaget. Limbah dalam
kategori inilah yang meracuni tanaman rambai. Rambai yang sudah menyerap racun tidak
punya pilihan lain selain kematian. Keturunannya pun tidak memiliki harapan hidup jika
bersikeras tumbuh di sana. Kematian pohon rambai dalam habitat bekantan tentu saja
mengancam kelangsungan hidup bekantan. Jadi, sudah bisa ditebak siapa pelaku
pembunuhan kawanan rambai ini.
Apabila kondisi ini berlaku secara permanen, maka mau tidak mau atau suka tidak suka
tindakan evakuasi bekantan perlu dilakukan. Evakuasi merupakan perpindahan pada
potongan kecil dari seluruh populasi ke suatu kawasan yang sesuai dengan habitat asli.
Setidak-tidaknya terdapat dua daerah pendukung untuk antisipasi, dimana satu daerah
bertindak sebagai pengaman. Evakuasi besar-besaran malah akan mengakibatkan
bumerang, karena dikhawatirkan akan menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks.
Ketidaksesuaian habitat bekantan pada daerah baru akan menyebabkan musnahnya
keseluruhan populasi bekantan yang dievakuasi.
Penyelamatan Pulau Kaget dan bekantan sebagai obyek wisata sampai sekarang masih
belum maksimal karena terkendala berbagai hal, maka perlu dilakukan rekonstruksi wisata
berobyek bekantan di daerah lain agar dapat mengatasi kemerosotan kepariwisataan
Kalsel. Menurut Soendjoto (B.Post:2003) ada dua tipe habitat yang unik yaitu kawasan
berbukit kapur (di Tabalong) dan hutan karet (di wilayah hulu sungai, Tabalong) kaya akan
habitat bekantan. Namun, rekonstruksi itu harus memerhitungkan ancaman kelestarian
habitat bekantan.
Mengingat betapa pentingnya pelestarian bekantan sebagai maskot fauna Kalimantan
Selatan, maka tindakan yang cepat dan lugas bagi kelestarian satwa pemalu berhidung
panjang ini perlu menjadi perhatian yang serius. Apakah maskot fauna Kalimantan Selatan
akan dibiarkan tanpa memilki nyawa? Dan hanya sebuah atribut megah tanpa keberadaan
fauna hidup itu sendiri atau melakukan rotasi ke jenis fauna lain. Satu jawaban yang pasti
adalah “tidak”.
3
PUSTAKA ACUAN
CITES, 25 Desember 2012. Appendices I, II and III
(http://www.cites.org/eng/app/appendices.php).
Dephut.go.id. 2001.Penyelamatan Bekantan (Nasalis larvatus) di Kawasan Cagar Alam
Pulau Kaget Propinsi Kalimantan Selatan
(http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/KALSEL/bekantan_kaget.html
).
Mochammad Arief Soendjoto. Merindukan Alam Asri Lestari. Universitas Lambung
Mangkurat Press.
Wikipedia.org, 23 Februari 2013. Kalimantan Selatan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar